STATEMENT KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA

Masih tingginya tekanan inflasi di Indonesia sampai Agustus 2008 terutama berasal dari permintaan agregat yang tumbuh cepat. Sementara itu, tekanan dari kenaikan harga energi, pangan dan komoditas di pasar dunia, mulai mereda, meski harus tetap diwaspadai. Menyikapi hal tersebut, Bank Indonesia memandang perlu untuk menjaga dan mengamankan agar permintaan agregat tetap tumbuh dalam jalur yang aman bagi pencapaian sasaran inflasi dan kestabilan ekonomi pada umumnya dalam jangka menengah.

Indikator terkini dalam perekonomian menunjukkan bahwa permintaan agregat tumbuh dengan cepat yang didorong oleh ekspor dan konsumsi masyarakat. Investasi juga diprakirakan tumbuh di atas rata-rata historisnya. Kuatnya permintaan domestik tersebut mendorong pertumbuhan impor yang tinggi, terutama untuk kebutuhan bahan baku dan barang modal. Dalam jangka menengah panjang, pertumbuhan impor tersebut diharapkan dapat berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi negeri. Di sisi lain, perekonomian Indonesia juga dihadapkan pada risiko perekonomian global yang masih tinggi. Hal ini tercermin pada kondisi pasar keuangan global yang belum stabil, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, serta masih adanya ketidakpastian perkembangan harga komoditas. Berbagai perkembangan global dan domestik tersebut akan sangat memengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi Indonesia tahun 2008 dan 2009.

Di tengah konstelasi perkembangan perekonomian yang terjadi, inflasi tetap menjadi perhatian utama Bank Indonesia. Dalam menempuh kebijakannya, Bank Indonesia mengarahkan upayanya pada langkah-langkah menjaga inflasi. Pada Agustus 2008, inflasi tercatat 0,51% (mtm), jauh menurun dari bulan sebelumnya yang mencapai 1,37% (mtm) sehingga realisasi inflasi tahunan menjadi sebesar 11,85% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, inflasi Januari-Agustus 2008 mencapai 9,40%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,58%. Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi, masih tingginya inflasi IHK terutama didorong oleh faktor nonfundamental terkait masih tingginya inflasi pada kelompok harga makanan yang bergejolak (volatile food). Di sisi lain, inflasi harga barang yang ditentukan pemerintah (administered prices) menurun sejalan dengan berkurangnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi dan masih minimnya dampak kenaikan harga gas elpiji. Dengan memperhitungkan beberapa faktor risiko serta tekanan inflasi yang masih akan timbul hingga akhir tahun, Bank Indonesia memprakirakan inflasi IHK pada akhir tahun 2008 akan berada pada kisaran 11,5%-12,5% (yoy).

Nilai tukar rupiah selama Agustus 2008 secara rata-rata masih terapresiasi, meski di akhir periode bergerak melemah dengan skala terbatas. Nilai tukar rupiah sempat tertekan oleh isu eksternal yaitu kekhawatiran dampak perlambatan ekonomi global dan fluktuasi harga komoditas terhadap ketahanan ekonomi. Bank Indonesia melakukan upaya stabilisasi nilai tukar guna menghindari volatilitas yang berlebihan di pasar valuta asing.

Dalam keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia September 2008, Dewan Gubernur kembali menaikkan suku bunga BI Rate sebesar 25 bps dari 9,00% menjadi 9,25%. Kenaikan ini adalah kenaikan kelima sejak Mei 2008. Selain menaikkan BI Rate, Bank Indonesia akan tetap mengoptimalkan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia, seperti pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka dan upaya menjaga stabilitas di pasar rupiah dan valas. Terkait dengan Operasi Pasar Terbuka, upaya pengetatan juga dilaksanakan dengan menaikkan suku bunga FASBI dari 300 bps di bawah BI Rate menjadi 200 bps di bawah BI Rate.

Transmisi kebijakan moneter bekerja melalui kenaikan seluruh suku bunga yang pergerakannya dikaitkan dengan BI Rate. Suku bunga Pasar Uang Antar Bank Over Night (PUAB O/N) yang ditetapkan penggunaannya sebagai sasaran operasional kebijakan moneter, sejak Juni 2008 bergerak stabil di sekitar BI Rate. Suku bunga FASBI O/N yang merupakan batas bawah (floor) pergerakan suku bunga PUAB O/N tercatat menjadi sebesar 7,25%, naik dibanding sebelumnya sebesar 6%. Sementara itu, suku bunga SBI Repo yang merupakan batas atas (ceiling) suku bunga PUAB O/N menjadi sebesar 12,25%. Selanjutnya, pergerakan suku bunga tersebut ditransmisikan pada tingkat suku bunga simpanan dan kredit di perbankan nasional. Sampai dengan saat ini, kenaikkan BI Rate dapat ditransmisikan dengan baik ke pasar keuangan.

Sementara itu, di pasar saham, tekanan terhadap pasar keuangan global yang masih berlanjut berdampak pada menurunnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama Agustus 2008. Penurunan kinerja IHSG terutama disebabkan oleh gejolak eksternal yang bersumber dari permasalahan utama di bursa global. Namun, penurunan kinerja IHSG lebih lanjut tertahan oleh masih terjaganya faktor fundamental domestik.

Ke depan, Dewan Gubernur Bank Indonesia tetap memfokuskan kebijakan pada upaya mengendalikan tekanan terhadap stabilitas makroekonomi. Dewan juga berpandangan bahwa upaya untuk mengelola tingkat permintaan akan tetap dilakukan dengan mempertimbangkan dampaknya pada pertumbuhan ekonomi negeri. Dengan kebijakan yang terpadu, Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi pada tahun 2009 akan dapat dibawa kembali pada kisaran 6,5%-7,5%.

1 Response
  1. axl Says:

    kontennya boleh juga


    Followers